Senin, 23 September 2013

Yang Sempat Tertunda

Take a look at me so you can see how beautiful you are- Secondhand Serenade

13 September 2013

Teruntuk,

Hati yang masih setia menanti.



(pic by: tumblr)

Benarkah? Apa yang kau rasakan saat ini mampu membuat hatimu tak gundah? Atau salah? Apakah semua hal yang kau lakukan untuknya sedang terasa salah? Memang susah. Kita tak jua berhasil menemukan denah, denah hatinya untuk mencapai titik dimana semua akan menjadi sah. Ingin marah? Hah, tak akan ada yang bisa mengerti seberapa kita lelah, lelah atas keadaan yang menuntut kita untuk selalu mengalah. Juga mengalah pada keadaan hingga akhirnya menyerah dan kalah.


Pernahkah kau bertemu dengannya di jalan yang sama, lalu pura-pura tak melihatnya? Dan sekedar berharap dia datang dan menyapa? Haha, aku pernah mengalaminya. Walau pun pada akhirnya dia hanya lewat begitu saja, hehe.

“ Karena cinta tak hanya diukur dengan kata, namun juga peduli dan pengorbanan yang nyata.” – BRMH. Bhismo Srenggoro Kuntonugroho. Ya, kata tak cukup untuk mengungkapkan segalanya, perlu tindakan yang nyata untuk menjadikannya lebih sempurna.

Cukup, tidak perlu menuntut orang itu untuk lebih peka, mungkin saja pertandamu yang tidak terbaca. Siapa sangka?


Teruntuk,

Hati yang masih setia kunanti.


(flower by: Karina Savitri Dewi)


                Ada ragu yang belum berlalu, ada juga rasa yang tak mau hilang darimu. I keep asking my self ‘ Why you?’ but my heart keep saying “ Its fine ur feeling is true.” Terimakasih telah mengajak raguku hari itu.

                Tak ada yang perlu disesali, meski beberapa kejadian yang telah terekam ingin benar-benar kuhapus dari memori. Ada rasa kecewa yang menanti, namun di sampingnya ada bahagia yang mendampingi. Biarkan semua ini bisa menjadi waktu yang akan sangat kuhargai ketika aku sudah bersandar kepada seseorang suatu saat nanti.

Mungkin saat ini hanya kata yang mampu kau percayai, tapi ijinkanlah aku mengganti mereka suatu hari.

                Maaf, bukan maksudku tak mau berbicara padamu lagi, tapi ingatkah waktu aku mengajakmu berbicara terakhir kali? Kau menjawab begitu singkat lalu pergi. Mungkin spekulasiku salah dalam hal ini, ia menyimpulkan terlalu dini, karena pada saat itu aku berpikir bahwa kau tak mau berbicara padaku lagi.

Ketika bertatapan, rasanya selalu ada rintik hujan yang menyejukkan.

                Lalu cahaya datang dan mereka terbiaskan begitu sempurna. Ada pelangi di matanya, itulah mengapa tak pernah jenuh aku memandangnya. Ada, ada yang tak biasa, ketika kita bertemu di jalan yang sama dan mata kita terkoneksi seketika. “ Kau terlihat luar biasa.” Entah perasaanku saja, atau mataku yang mulai terpengaruh rasa.

Ada senyum yang tersembunyi ketika tahu bahwa kau berangkat begiitu pagi. Ada bahagia yang tersirat ketika jarak kita begitu jauh namun kau masih bisa dengan jelas terlihat. Ada senja yang tak hilang meski malam datang, ada juga bintang yang tak pergi meski siang menghampiri.

“ Tidakkah serupa angkasamu? Rasa berkata tiada gentar. Langit yang menaungi kita satu.” – Apik Mustika Buana. Adakah kau rasa langit yang kita diami berbeda saat  jarak diantara kita masih bisa dihitung lewat pandangan mata?

Entahlah, tapi apa yang kau lakukan entah sengaja atau tidak begitu tepat, meski hatimu tak jua kudapat. Namun, terimakasih untuk tetap menjadi hebat.

23 September 2013


Memalukan, atas semua hal yang selama ini aku lakukan tanpa tahu bahwa hatimu telah bertuan.

Dia tau, sejak dulu. Sejak awal aku mengenalmu, sejak awal aku mulai menyadari bahwa itulah ‘kamu’. Lebih dari setahun yang lalu. Namun sekarang.. Haha, lucu. Dan dengan bangganya dia menceritakan hal-hal mengagumkan tentangmu. Cukup, aku sudah tau.

Harus menjauh lagi, tak sekedar mengambil beberapa langkah kembali, namun berbalik arah lalu berhenti. Katakan padaku seberapa harus aku menahan diri.

I know that I can't make you stay, but I would give my final breathe to make you understand how beautiful you are- Secondhand Serenade, “Stranger”.

Tertanda,

Rizky Amalia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar