Jumat, 03 Juni 2016

Andai Bisa Selamanya



Kau adalah satu-satunya manusia yang membuatku berharap bahwa ‘selamanya’ tak sebatas salah satu kosakata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.



(pic by: tumblr)

Aku pernah ditinggal pergi, dan aku tidak ingin merasakannya lagi. Aku tahu rasanya berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun bergulat dengan rindu. Aku suka memanggilmu tanpa alasan, kau akan tahu kenapa dan aku tak bisa makan sendirian, kau akan tahu kenapa. Aku kalah telak, ketika rindu dan waktu bersatu; siapkan dirimu hancur perlahan.

                Aku tahu rasanya ditinggal pergi, dan aku tidak ingin membuatmu merasakan hal-hal itu. Rindu yang sungguh-sungguh tak ada ujungnya. Kalau aku pergi, kau akan merindukanku berjuta-juta kali lebih dari yang pernah kau rasakan sebelumnya. Kau akan terbangun tengah malam dan mendapati mimpimu bersamaku, dan kau akan semakin terpuruk karena aku tak bisa lagi kau lihat. Kau akan memanggilku, terus memanggilku, dan aku tak akan pernah datang lagi. Sekalipun. Kau akan tau betapa pilunya memanggil dan tak ada jawaban. Sungguh pilu sekali, kau akan merasakan seperti diabaikan, sedangkan tak ada seorang pun yang mengabaikanmu. Maka izinkan lah aku mendapatkan jawaban saat aku memanggilmu meski ribuan kali dan kulakukan tanpa alasan.

                Kau akan menangis dalam hujan, dan kau akan semakin merasa dalam kehancuran karena kau tau aku suka sekali hujan; lebih tepatnya aku suka sekali menghabiskan hujan bersamamu. Kau akan merindukan cerita-ceritaku, kau akan terdiam di sudut kamarmu menahan seluruh memori yang ingin keluar dari kepalamu; terlalu sesak di sana. Namun tak kau izinkan satu memori pun atasku pergi dari otakmu, kau takut aku akan hilang. Kau akan mendapati lidahmu tak berfungsi selama berminggu-minggu, makanmu tak akan berasa apapun. Kau akan mendapati dirimu makan sendirian, dan semakin terluka karena kau kini tau rasanya. Rasa mengapa aku tak akan pernah bisa makan sendirian, mengapa aku harus makan bersamamu, atau bersama orang lain, atau bahkan sekedar ditemani orang-orang di layar kaca. Kau akan tau rasanya mengapa. Kau akan mendapati dirimu melamun berkali-kali di atas meja kerjamu, karena bahkan sebegitu sibuk kau berusaha mengalihkan pikiranmu atasku, kau tak akan bisa. Aku masih berdiri disana; di sudut pikiranmu. 

                Aku tahu rasanya, itulah mengapa aku tak ingin kau merasakannya. Orang-orang akan menyuruhmu datang ke pemakaman untuk mengirimiku doa, tapi kau menolaknya. Karena kau tau kau akan mendapati dirimu terjebak dalam semua cerita yang ingin kau ceritakan kepadaku. Kau akan semakin merindukanku dan kau tak bisa menahan airmata yang mengalir di pipimu. Dan kau akan membenci tempat itu, karena kau sadar disitulah satu-satunya tempat kau bisa melihatku. Kau akan terpaku melihat telepon genggammu, disitu terlalu banyak aku. Terlalu banyak foto tentangku dan tulisan-tulisan antara kau dan aku. Untuk sejenak kau akan merasa dunia ini tak ada artinya tanpaku, aku sudah merasuk menjadi oksigen yang kau hirup setiap hari. Kini kau rasa sesak, oksigenmu hilang.

                Aku mengerti, dan cukup aku yang mengerti. Aku tak ingin kau tau rasanya ditinggal pergi. Kau akan membenci kata ‘sabar’ untuk sekian rentang waktu, karena kau tahu betul bahwa begitu sulitnya hal itu dilakukan. Kau akan bertemu orang-orang dan tersenyum, untuk pertama kalinya kau harus memakai topeng yang kau simpan selama ini. Kau harus tersenyum, sebagai formalitas. Kau akan menyadari bahwa memberikan senyum formalitas pun begitu sulit. Lama kelamaan kau akan bosan dengan rindu yang sebegitu mengganggu dan tak kunjung berlalu, tapi satu hal yang tak bisa kau pungkiri bahwa kau masih ingin bertemu denganku. Entah sekali lagi, atau berkali-kali lagi, dan pada intinya kau tak ingin aku pergi. Kau akan menyesal karena terlalu banyak kata yang tak sempat kau sampaikan kepadaku, tentang seluruh kata cinta yang kau pendam sendiri, tentang semua pujian yang kau rasa cukup kau yang tau, dan tentang seluruh kata maaf dan penyesalan  yang belum sempat katakan padaku.

                Sayang, sayangnya kita fana. Aku dan kau hanyalah sebuah sementara. Andai bisa selamanya, aku menemanimu menjalani kerasnya dunia. Andai bisa selamanya, kau akan kutemani kemana saja. Dan andai bisa selamanya, sungguh, aku bersedia.

Untuk dua orang yang membuatku bisa menulis hal semacam ini.
Kau yang ada di sudut kota dan engkau yang ada di sudut jagad raya.
Aku rindu.


Tertanda,


Rizky Amalia.
 

4 komentar:

  1. Kepada siapapun tulisanmu ditujukan, teb, bukan cuma postingan ini melainkan juga postingan-postingan lain, tentunya merasa bahagia karena kamu begitu tulus mengalirkan rasa lewat prosa-prosamu :")

    BalasHapus