Minggu, 19 Januari 2014

Dalam Diam



And I never told you, I just held it in- Colbie Caillat

(pic by: http://hipish.free.fr)

Hadirnya menyeka sinar matahari yang datang dari angkasa, terasa begitu hangat hanya dalam bertatap mata. Senyumnya selalu merekayasa cerita, membuat semua terasa baik-baik saja. Bersama dengannya menyihir semua rasa, membuat semua senyawa selalu terasa bahagia. Dan melihatnya tertawa bahagia, adalah sebuah kesempatan yang tak pernah ingin kulewatkan adanya.


Aku tidak tahu bagaimana cerita selanjutnya. Namun sejak hari pertama aku memutuskan menjatuhkan hati padanya, aku hanya mampu berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meski hingga saat ini belum ada rasa yang kusampaikan lewat kata. Ya, aku menyukainya dalam diam. Dalam jutaan rindu yang kutitipkan pada malam, juga dalam doa yang selalu kusisipkan pada matahari yang muncul kembali setelah beberapa saat tenggelam. Namun, tebing hatinya yang begitu curam terkadang membuatku tak berani menghujam: takut hatiku jatuh dan berakhir penuh lebam.

Waktu begitu cepat berlalu dan aku masih menutupi fakta: bahwa aku begitu tersipu saat dia tersenyum padaku. Masih menumbuhkan kekecewaanku sendiri karena harapan yang tak terungkapkan. Masih selalu berpikir suatu hari akan datang keajaiban hingga dia datang dan memberiku sebuah kesempatan.

Kini sudah begitu banyak luka yang mengembang di angkasa, dan aku masih  tak pernah berani mengungkapkannya. Mengungkapkan perasaan yang sebenarnya sudah tumbuh sejak lama. Kupikir jalan yang kupilih ini benar adanya: tak memberitahu bahwa dia berhasil membuatku begitu terkesima. Namun ternyata tidak juga, semakin aku mengembangkan harapanku padanya, semakin terasa bahwa semua hanya jatuh sia-sia. Aku tak akan berpikir dia tidak peka, anggap saja mungkin pertandaku yang tak terbaca. Siapa sangka?

Andai hati bisa mengerti, bahwa berada di sisinya adalah suatu hal yang begitu mustahil terjadi, mungkin lukanya tak akan sedalam ini. Namun tak bisa dipungkiri, hati tak mau memahami. Masih terus percaya pada spekulasi, untuk meyakinkan diri bahwa masih ada kesempatan untuk menyandingnya suatu hari nanti.
           
     Atas nama perasaan yang tak terucapkan, luka yang tak tersembuhkan, dan hati yang tak segera temukan jawaban, ucapkanlah permintaan maaf bila suatu hari hati ini berhenti ditengah jalan. Bahkan masih jauh sebelum terlihatnya cahaya tujuan. Mencoba berada di sisimu begitu sulit, teman.


Tertanda,


Rizky Amalia
Nb: not my own story, inspired by friends.

1 komentar: