And I never
told you, I just held it in- Colbie Caillat
(pic by: http://hipish.free.fr)
Hadirnya menyeka sinar matahari
yang datang dari angkasa, terasa begitu hangat hanya dalam bertatap mata.
Senyumnya selalu merekayasa cerita, membuat semua terasa baik-baik saja.
Bersama dengannya menyihir semua rasa, membuat semua senyawa selalu terasa
bahagia. Dan melihatnya tertawa bahagia, adalah sebuah kesempatan yang tak
pernah ingin kulewatkan adanya.
Aku tidak tahu bagaimana cerita selanjutnya.
Namun sejak hari pertama aku
memutuskan menjatuhkan hati padanya, aku hanya mampu berpikir bahwa semuanya akan
baik-baik saja. Meski hingga saat ini belum ada rasa yang kusampaikan lewat
kata. Ya, aku menyukainya dalam diam. Dalam jutaan rindu yang kutitipkan pada
malam, juga dalam doa yang selalu kusisipkan pada matahari yang muncul kembali
setelah beberapa saat tenggelam. Namun, tebing hatinya yang begitu curam
terkadang membuatku tak berani menghujam: takut hatiku jatuh dan berakhir penuh
lebam.
Waktu begitu cepat berlalu dan aku masih menutupi
fakta: bahwa aku begitu
tersipu saat dia tersenyum padaku. Masih menumbuhkan kekecewaanku sendiri
karena harapan yang tak terungkapkan. Masih selalu berpikir suatu hari akan
datang keajaiban hingga dia datang dan memberiku sebuah kesempatan.
Kini sudah begitu banyak luka yang mengembang di
angkasa, dan aku masih tak pernah berani
mengungkapkannya. Mengungkapkan perasaan yang sebenarnya sudah tumbuh sejak
lama. Kupikir jalan yang kupilih ini benar adanya: tak memberitahu bahwa dia
berhasil membuatku begitu terkesima. Namun ternyata tidak juga, semakin aku
mengembangkan harapanku padanya, semakin terasa bahwa semua hanya jatuh sia-sia. Aku tak akan berpikir dia
tidak peka, anggap saja mungkin pertandaku yang tak terbaca. Siapa sangka?
Andai hati bisa mengerti, bahwa berada di sisinya
adalah suatu hal yang begitu mustahil terjadi, mungkin lukanya tak akan sedalam
ini. Namun tak bisa dipungkiri, hati tak mau memahami. Masih terus percaya pada
spekulasi, untuk meyakinkan diri bahwa masih ada kesempatan untuk menyandingnya
suatu hari nanti.
Atas nama perasaan
yang tak terucapkan, luka yang tak tersembuhkan, dan hati yang tak segera
temukan jawaban, ucapkanlah permintaan maaf bila suatu hari hati ini berhenti
ditengah jalan. Bahkan masih jauh sebelum terlihatnya cahaya tujuan. Mencoba berada di sisimu begitu sulit,
teman.
Tertanda,
Rizky Amalia
Nb: not my own story, inspired by friends.
postingannya kayak ikan
BalasHapus