Jumat, 28 Maret 2014

Bait-Bait Tersembunyi

Say something, I’m giving up on you-A Great Big World


(pic by: tumblr)


Ada kata yang tak terucap. Ada kecewa yang tak terungkap. Ada harap yang masih terbungkap. Ada rasa yang mengganggu tapi belum mau berlalu.  Ada juga bait-bait yang masih memilih bersembunyi.


Ada bait-bait  tersembunyi di sisi hati yang masih tersusun begiiiitu rapi, dan hingga kini tak jua segera terucap hanya karena aku tak cukup berani. Tak berani karena takut engkau tak peduli dan tak berani karena takut jawabannya tak seperti yang dinanti.

Ya, sebagian besar dari bait itu berakhir dengan tanda tanya, tanya atas keingintahuan hati atas semuanya. Tapi kubiarkan saja. Aku baik-baik saja.  Kurasa perlahan waktu akan mengungkapnya, atau mungkin bila kau berkenan untuk mendahului waktu, aku akan dengan senang hati mendengarkannya.

Kembali pada dasarnya, kita akan mendapatkan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan.

Derap harap yang tak terucap menyekapku dalam gelap. Aku tahu, aku memang tak sigap. Tak sigap dalam mengolah hati dan sikap. Tapi apa daya, saat itu aku sudah kalap, dan berdiri sendiri dalam senyap. Pada saat itu, aku benar-benar tidak siap.

Mengembangkan harapan terlalu tinggi adalah sebuah kesalahan, dan berharap tanpa berucap juga sebuah kesalahan. Jangan salahkan siapapun, itu kesalahan kita sendiri. “Because every too much will hurt you so much.”

(pic by: tumblr)



Taukah bila ditengah badai(mata badai) adalah sebuah area yang aman dan hangat? Itu benar adanya.

Saat kau hadir, aku seperti berada dalam mata badai. Tepat berada di tengah-tengah badai hebat. Tapi di sini hangat, tenang, dan nyaman. Hingga karena suatu alasan kau memintaku pergi dari tempat itu dan keluar dari sana untuk tempat yang lebih baik. Itu artinya aku harus menerjang badai. Ya, dan aku melakukannya. Ikhlas? Tentu saja. Sulit? Memang. Tak apa, karena pada dasarnya aku hanya ingin menjadi teman yang baik:) tapi sayangnya, hingga saat ini badai ini belum berujung, teman.

My biggest mistake of this storm was to lean on you, thats why I often say sorry. Sorry.

Tertanda,


Rizky Amalia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar