Ini adalah kisah tentang sebuah
rindu, sebuah cerita mengenai seseorang yang terbelenggu, dan sebuah cinta yang
kini terasa begitu pilu. Aku tahu rasanya dibelenggu rindu; Saat cinta yang kau
rasa tak diberi izin bertemu oleh semesta. Saat pikiran meronta meminta jawab
atas sebuah tanya yang waktu pun bahkan tak tahu jawabnya. Dan saat semua rasa
bersalah itu berkumpul menjadi satu lalu meruncing menusuk dada begitu saja.
Rindu ini abadi; Pertemuan
selanjutnya telah terhadang oleh perbedaan dimensi. Aku tahu seberapa serius 2
kata ini, “Perbedaan Dimensi”. Seluas apapun hutan kutebasi tak akan bisa
kutemui, sedalam apapun lautan kuselami tak kan jua aku dapati, sejauh apapun
kakiku berlari tak akan bisa sampai ke tempat yang kini dia singgahi, dan
setinggi apapun gunung yang kudaki tak akan pernah bisa ku berdiri di
hadapannya lagi. Karena aku berada di bawah langit pertama, dari tujuh langit
yang diciptakan Sang Maha Menguasai.
Sebuah kesalahan untuk berkata
“Aku yang paling terluka.”, karena seseorang pernah berkata dan sungguh aku
menyetujuinya. -Luka paling menyakitkan di dunia adalah kehilangan belahan
jiwa-. Jaraknya tak lagi terjangkau mata dan bayangnya tak lagi bisa dibuat
oleh Sang Surya. Bukan lagi sebuah terka, kurasa ini fakta: bahwa seberapa pun
lamanya aku menunggu, aku tahu waktu tak akan sebaik itu untuk mengizinkanku
bertemu, lagi.
Aku sudah tau rasanya
kehilangan; ketika tak ada yang bisa lagi dijangkau rindu dan ketika airmata
tak mengubah apapun. Ketika memohon-mohon agar waktu kembali seperti dulu lagi
walau hanya sekejap, dan menyadari betapa bodoh permintaan itu. Ketika
menyadari begitu bodohnya permintaan itu dan masih tetap mengharapkan keajaiban
terjadi. Dan ketika rindu di dalam kalbu sudah tak tertahan lagi, tapi hanya
menunggu lebih lamalah yang bisa dilakukan.
Panggillah. Meski untuk berjuta
kali hingga orang itu bosan mendengarmu, panggillah. Siapa pun yang ingin kau
panggil namanya, siapa pun yang kau inginkan untuk ada. Sebelum ia tak lagi
bisa menjawabnya. Sebelum tiba saatnya kala kau memanggil jutaan kali dan tak
akan ada yang datang. Sebelum tiba saatnya kala kau memanggil jutaan kali dan
hanya kesedihan yang datang. Panggillah, sungguh.
Katakanlah,
semua yang ingin kau katakan kepada siapa saja. Katakan saja semuanya. Kau tau
waktu menyimpan begitu banyak rahasia yang tak akan pernah dikatakan kepada
manusia. Katakan! Meski lara, meski luka, meski kau akan kehilangan muka,
katakanlah. Katakanlah seberapa kau cinta. Karena aku bahkan tak sempat
mengatakannya, dan rasa sesalnya bahkan tak bisa diukir dengan seluruh huruf
yang ada di dunia.
Tertanda,
Rizky Amalia.
Teb, mungkin kamu perlu melengkapi setiap tulisanmu dengan pelampung...
BalasHapusAntisipasi kalau pembaca hanyut terseret arus haru-biru, gitu...
Serius ini :') aku malah udah tenggelaaaaaammmm *handsup*
Halo. Kapan nulis lagi?
BalasHapuseh salah.
Kapan tulisan-tulisanmu kamu bikin post lagi di blog ini biar aku juga bisa baca?