Kamis, 07 Mei 2015

Engkaulah Sang Sepuluh



(pic by : tumblr)


Satu. Kini akhirnya aku sampai juga di depan pintu. Sebenarnya tak ingin aku berpindah dari hati itu, tapi rasa sakit yang ku alami sudah sebegitu. Jadi, kini aku memutuskan untuk pergi dari situ. Aku melangkahkan kaki ke arah yang tak tentu. Aku hanya akan menunggu waktu, hingga langkah kaki ini membawaku ke sebuah hati baru yang akan menjadikanku seorang ratu.

Dua. Dia terlalu banyak menimbulkan cua. Awalnya aku biasa saja tapi akhirnya hatiku lelah jua. Hingga kini aku lebih memilih meninggalkan semua. Meski kini rasaku padanya sudah semakin menua, daripada bertemu lagi dengannya aku lebih memilih pergi ke lain benua.

Tiga. Dulu, dialah orang yang selalu berhasil membuatku semalaman terjaga. Menguntai rindu dan menyemai hati dengan semua praduga. Hingga harapan yang ku terbangkan padanya sudah tak terhingga. Namun, kini akhirnya aku sadar juga. Bahwa cerita ini adalah sebuah cerita cinta segitiga. Ah, dia memang begitu tega.

Empat. Kini hatiku sudah tak lagi memiliki tempat, untuk menaruh semua rasa dan berpegang padanya erat. Aku sudah tak ingin berdebat, aku yakin meninggalkan rasaku padanya di sini adalah suatu keputusan yang tepat. Tak apa, cepat atau lambat hatiku akan memiliki tempat yang baik untuk mendarat.

Lima. Kurasa aku sudah berjalan cukup lama, mencoba mencari hati baru dan menghilangkan semua trauma. Aku merindukan seseorang yang membuatku merasa hangat saat bercengkerama. Aku juga merindukan sesosok manusia yang akan dengan senang hati menerima, semua hal tentangku, jalan pikiranku, dan rasaku yang terkadang jauh lebih rumit daripada logaritma.

Enam. Sejak aku meninggalkan hatinya kini terhitung sudah puluhan kali matahari terbenam, tapi rasa sakit karenanya masih terus saja menghunjam. Aku sungguh tidak dendam. Hanya saja saat di dalam hatinya terlalu dalam aku menyelam. Hanya saja aku sedikit menyesali mengapa di hatinyalah rasa ini kutanam.

Tujuh. Seseorang yang awalnya ku kira acuh, kini datang dan menenangkan hatiku yang masih dalam gemuruh. Apakah hatinya adalah tempat yang tepat dimana rasa dan percayaku ku taruh? 

Delapan dan sembilan. Orang ini datang membawa harapan, dan entah kenapa saat bersamanya aku merasa begitu nyaman. Dia bagai pelangi yang muncul setelah hujan, menjadi secerca bahagia setelah adanya semua kesedihan. Dia selalu berhasil mengusir bosan dengan semua tawa dan candaan. Lucu bukaan? Dia datang dan menata hatiku yang sempat tidak karuan. Dia menunjukkan jalan dan selalu mengatakan “Ada aku, semua akan aman.” Kalau kau ingin membawa hatiku kemana pun engkau berjalan, silahkan, aku sama sekali tidak keberatan.

Sepuluh. Untuk engkau yang kini berhasil membuat hatiku begitu teduh: terimakasih telah membuat sembuh luka dulu saat aku terjatuh. Kumohon jangan lagi menjauh, karena kau telah benar-benar berhasil membuat hatiku luluh. Di hatimulah kini aku bersimpuh, sungguh kini aku telah bahagia karena kaulah yang selalu membuat hariku begitu utuh.

Tertanda,


Rizky Amalia.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar