Sabtu, 07 Desember 2013

Shadow

When you took it all you forgot your shadow – Sam Tsui


(pic by : tumblr)

Hai B! Selamat Pagi, apa kabarmu hari ini? Apakah berjalan seperti yang dinanti? Hehe. Aku hanya basa-basi, sesungguhnya aku juga sudah tidak lagi peduli. Semakin waktu berjalan kesini, rasanya semakin baik-baik saja tanpa hadirmu di sisi hati. Karena kau datang hanya sekilas dan langsung pergi.

Kamis, 31 Oktober 2013

Cengkerama Senja




Teruntuk,

Para hati yang sedang bahagia bercengkerama.

Jangan meninggalkan hatinya dalam ketidak-tahuan; itu bisa menjadi penipu yang mematikan.

(pic by : tumblr)
 


Sebagian cinta memang datang karena terbiasa; mendapat senyum yang tiba-tiba dan berkala. Ada yang berawal dari kekaguman dan kebetulan semata, semesta yang menginginkannya; jatuh hati pada pandangan pertama. Ada juga yang bermula dari tidak suka; benci melihat apa saja yang dilakukannya. Namun akhirnya, jatuh juga karena alasan di balik itu tak terpikir oleh manusia biasa. Yang lain lagi datang tak terasa, tahu-tahu rasa tak mau kehilangan itu muncul begitu saja.

Jumat, 25 Oktober 2013

Dan Ternyata : Sama



All I know is a simple name and everything has changed- Taylor Swift



(pic by: tumblr)

Kini tak ada lagi yang berbeda ketika kita berada di jalan yang sama dan mata kita terkoneksi seketika, meski di balik itu masih ada bahagia yang tersisa saat tahu kau baik-baik saja. Kini tak lagi kurasa sepi saat kehadiranmu tak muncul sama sekali dalam satu hari. Juga tiada lagi rasa khawatir karena tak kulihat hadirmu disini.

Selasa, 15 Oktober 2013

Kalian Luar Biasa

Teruntuk,

@Deltafam.


Ketika ada sisi yang kurang, akan ada sisi lain yang menjadi lebih. Bukan begitu?

                Entah mengapa aku sedikit menyesali kata-kata yang aku ucapkan malam itu hingga berlinang airmata; namun dari itu aku menyadari bahwa semua lebih dari baik-baik saja. Lebih dari apa yang aku katakan malam itu, aku tak sesedih itu dan semua tak seburuk itu. Mungkin hanya dibeberapa waktu: tak selalu. Mungkin tak seharusnya aku mengatakan itu semua, karena meski tak banyak kata yang terucap antara aku dan orang-dalam-ceritaku, aku tahu kami berusaha memperbaikinya. Namun, bukankah tak ada hal indah yang bisa didapat dengan mudah? :)

Rabu, 02 Oktober 2013

UNTITLED #2

Not loving you is harder than you know- Escape the Fate

Aku tetap menjaga jarak,karena aku berpikir itu akan membantu kita kelak. Tapi tidak. Apa yang kulakukan ternyata hanya membuatku kalah telak. Satu hal yang aku sesalkan adalah ketika aku sudah memutuskan untuk percaya. Percaya pada perkataanmu, percaya pada hatimu dan percaya bahwa semua ini tak ada yang palsu.

Senin, 23 September 2013

Yang Sempat Tertunda

Take a look at me so you can see how beautiful you are- Secondhand Serenade

13 September 2013

Teruntuk,

Hati yang masih setia menanti.



(pic by: tumblr)

Benarkah? Apa yang kau rasakan saat ini mampu membuat hatimu tak gundah? Atau salah? Apakah semua hal yang kau lakukan untuknya sedang terasa salah? Memang susah. Kita tak jua berhasil menemukan denah, denah hatinya untuk mencapai titik dimana semua akan menjadi sah. Ingin marah? Hah, tak akan ada yang bisa mengerti seberapa kita lelah, lelah atas keadaan yang menuntut kita untuk selalu mengalah. Juga mengalah pada keadaan hingga akhirnya menyerah dan kalah.

Selasa, 03 September 2013

Letter ‘U’

Let me be the one to love you more.- Celine Dion

Teruntuk,

My letter ‘U’, B.

(pic by: tumblr)

Untuk kesetiapharinya aku mencoba menemukanmu, hanya untuk tahu bahwa tak ada sesuatu yang terjadi padamu. Juga tak perlu bersembunyi dibalik waktu, aku bisa merasakan kehadiranmu. Aku hanya ingin sekedar melihatmu. Dan untuk kesekian kalinya, aku menuliskan ini untukmu. Datanglah jika suatu saat kau merindukanku, engkau tau dimana kau bisa menemukanku.

Kamis, 22 Agustus 2013

Teruntuk; Kalian

And out of all the things that I’ve done, I think I love you better now. –Ed Sheeran

Teruntuk,

Calon pemimpin hebat kami.


(pic by : tumblr)



Selamat Pagi, semoga hari ini sehatmu bermanfaat. Selamat siang, semoga semua aktivitas hari ini masih mengijinkanmu menjadi hebat. Selamat sore, semoga seluruh jalanan yang kau lewati masih mau bersahabat. Dan selamat malam, selamat beristirahat. Apa kabar pemilik hati? Semua berjalan baik-baik saja bukan? :) aku belum tau pasti siapa dirimu, namun harus kau ketahui aku sedang belajar semua hal untuk menujumu suatu hari.

Selasa, 13 Agustus 2013

Maaf, Aku Merindukanmu.



Teruntuk,

Yang dirindukan, B.

(pic by : tumblr)




Perlu menjadi lebih baik untuk mendapatkan yang lebih baik pula. Tapi itu bukan berarti harus mencari orang lain bukan?  Sepertinya jarak dan waktu siap dimintai bantuan .

Minggu, 04 Agustus 2013

Bukankah Dia Mengagumkan? :]



(Dia : Variabel bebas)



Bukan dia, tapi dirimu.


(pic by : tumblr)

Penahkah dia menyakitimu? Pernah? Yakinkah? Atau.. kau saja yang menyakiti dirimu sendiri? Karena, semakin engkau ingin tau tentang orang itu, semakin dekat juga rasa sakit itu kepadamu. Dan semakin dalam rasa sayang dan peduli, semakin dalam juga kau akan terjatuh suatu hari nanti.

Sabtu, 27 Juli 2013

Untuk Menjadi Hebat



I’m in love with you, and all your little things -1D




Teruntuk,

Siapapun yang menyempatkan membaca tulisan ini.




Jejak yang kau tinggalkan itu, sudahkah kau biarkan berlalu?

 (pic by : tumblr)

                Biarkan para kenanganmu bersatu dan biarkan berlalu. Kau bahkan tau itu menyakitimu, tapi tak jua kau merelakan itu berjalan melewatimu. Lalu seseorang akan datang menempati posisimu dulu, dan amarahmu masih bertabu? Lalu apa yang kau mau? Jangan meminta orang memahamimu jika kau pun tak bisa melakukannya untuk dirimu.

Senin, 08 Juli 2013

(Bukan) Untukmu


“Mawar berduri yang kau genggam itu mengapa tak kau lepaskan?” –MTGW



“Aku ingin berevolusi, tapi aku hanya mampu berotasi pada poros tanpa inti.” –Iffa Luthfiyah. Tak perlu berevolusi, jika kau sudah memiliki hal untuk kau yakini. Cukup berotasi, namun kau perlu inti. Hingga tak lagi berani para ragu menghampiri dan tak lagi sakti ucapan para manusia yang memang tak mengerti.

Senin, 17 Juni 2013

Kalau Saja



Kalau mendengar suaramu ibarat setetes air, aku berharap disisa waktuku adalah hujan.

Kalau kata yang kau lontarkan untukku adalah partikel cahaya matahari, aku merelakan malamku terang tersinari.

Senin, 03 Juni 2013

Beranjak? Berpijak?

Beranjak?
Dalam kata, kau hampir menghapus semua. Tidakkah sejenak kau memikirkannya?


Aku tidak belum merelakan airmata, terjatuh untukmu begitu saja, milikku berharga. Karena tidak dalam sapa, tidak juga dalam kata.. yang kau bahkan mungkin tak mengiranya. Sesuatu yang mungkin tak berharga disana, bisa jadi penuh arti disini.

Senin, 27 Mei 2013

Aku Menyukaimu dalam Setiap, Semua dan Satu.





Aku menyukaimu ketika hujan turun sore itu, dalam sendunya titik-titik air hujan, dan dalam opera singgasana senja yang tertutup awan. Meski waktu sedang bermain drama tanpa suara, sungguh rasa ini tanpa sandiwara.

Jumat, 26 April 2013

Pemuja Rahasia


                                                            Jika aku malam, dialah pelanginya.
‘ Apakah aku perlu tersublim menjadi udara, menyesak di peparumu.. sesekali,  aku ingin menjadi nafasmu..’ aku kembali mengulang kalimat ini dari buku yang hanya aku pinjam dari temanku. Ah, setiap lembar dari buku ini hanya mengingatkanku padamu..

Selasa, 05 Maret 2013

“Hitam? Biru!”




 “..saat kamu udah bisa memahami waktu, kamu akan menemukan betapa berharganya setiap dentingan jarum merah yang diberikan Tuhan buat kita..”
Suatu pagi dalam sapaan senyuman mentari, seorang gadis  menapakkan langkah pertamanya di bangunan utama sekolahnya.  Pukul 07.08 dia sampai di depan kelasnya, seorang perempuan cantik telah menunggunya di kursi kayu panjang.
                “ Nggak biasanya kamu berangkat sesiang ini, biasanya kamu gasik banget” kata Citra, sahabat Hime sejak SD.
                “ Iya e, kesiangan nih tadi.” jawab Hime sambil menahan tawa.
                “ Heh! Kamu ngetawain apaa?” sambil mencubit pipi Hime yang agak tembem itu.
                “ Hissh, sakit tauk, aku tau pipiku unyu, tapi gak usah dicubit-cubit juga donk, hahaha. Pink ? hayooo pasti habis digombalin samaa…”
                “ Stttt, diem aja, iyaa ntar aku critain tapi kamu gak usah sefrontal ini, banyak orang nihh..” sambil menarik tangan Hime dan masuk ke dalam kelasnya, pipinya memerah menahan malu.
●●●
Rossie Hime Valerie dan Citra Felicia, dua orang remaja ini telah bersahabat sejak kelas 3 SD, mereka telah memahami satu sama lain. Hime adalah seorang gadis dengan orang tua yang sangat kaya raya, namun ia tak pernah menyombongkan semua itu, bahkan menunjukkan bahwa ia adalah orang berada pun tidak. Dia sangat sederhana dan selalu ceria.
                Citra, adalah seorang gadis dengan keluarga sederhana, dia baik dan pintar. Dia sudah tau mengenai seluk beluk kehidupan Hime dan semua hal itu membuatnya semakin bangga mempunyai teman seperti Hime. Dia bahkan sudah hafal, Hime akan menyebutkan satu warna tiap mereka bertemu, Merah, Kuning, Jingga, Hijau, Nila, Ungu. 6 warna yang pernah di berikan untuk Citra. Seperti pagi ini, Hime menyebutkan warna Jingga saat mereka pertama bertemu.
                Kenapa Hime menyebutkan warna-warna itu? Ya , semua teman sekelasnya pun menanyakan hal itu, namun Hime tak pernah menjawabnya. Ternyata dulu Hime sangat tertekan dengan keadaan keluarganya yang tidak pernah memperhatikannya, ia memang sangat berkecukupan. Bukan berkecukupan lagi mungkin, berlebihan lebih tepatnya. Apapun yang ia minta pada hari itu pasti langsung diberikan. Namun orang tua nya jarang sekali pulang, mereka bekerja berpindah-pindah mulai dari luar kota hingga ke luar negeri. Hal itulah yang membuat Hime merasa kesepian bukan main.
                Hingga suatu hari sekolahnya mengadakan penelitian ke sebuah daerah kumuh di pinggiran kota, saat itulah dia menyadari betapa beruntungnya dia yang memiliki segalanya, tak ada gunanya menyesali hidup yang hanya diberikan satu kali ini, dan pada saat itu juga dia memutuskan untuk mensyukuri hal sekecil apapun yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Dia telah mati-matian berusaha untuk membiasakan dirinya bahagia dengan hal-hal kecil, seperti melihat tawa teman-teman dan sahabatnya, melihat rinai hujan, merasakan atmosfer kelas yang begitu menyenangkan dan lainya. Begitu mudahnya membuat Hime bahagia.
                Hime mempunyai imajinasi yang sangat tinggi, dia suka melukis, karyanya indah sekali. Sejak SMP tak jarang ia mewakili sekolahnya jika ada perlombaan melukis. Dia juga sangat mencintai pelangi, dia akan berusaha mati-matian untuk megosongkan waktunya hanya untuk sekedar melihat dan menghabiskan waktu bersama pelangi. Karena tak setiap saat ia bisa melhat pelangi, ia memutuskan untuk menciptakan 7 warna sendiri dalam hidupnya, memang bukan hal yang wajar dan mudah, namun karena tingginya daya imajinasi Hime, dia berhasil menciptakan 7 warna dalam hidupnya sendiri. Dia akan melihat orang-orang dengan warnanya masing-masing, warna itu akan berganti seiring dengan perasaan yang mereka alami saat itu.
●●●       
                Bel pulang sekolah telah terdengar, para siswa dan guru berdiri untuk beberapa menit menunjukkan secuil nasionalisme mereka masing-masing. Lagu Padamu Negeri  dikumandangkan lewat speaker di masing-masing ruang kelas. Setelah itu..
                “ Citraaa.. kamu habis ini gak ada kegiatan apa-apa kaan?” kata Hime dengan senyum yang penuh kode.
                “ Adaa..aku mau tidur, ngantuk maksimal inii” sambil menjulurkan lidahnya
                “ Iih, ayolah nganterin akuu..”
                “ Lagi? Pasti mau nyari Biru.. yakan?” dengan nada menggoda.
                “ Iyaa,, ayolaaahh, nggakpapa. Ntar aku traktir ice cream 5 deh!”
                “ Apa apa? 5? Haha iyadeh oke” tampaknya Hime sudah punya jurus andalan untuk membujuk sahabtanya yang satu ini, Ice cream, dan coklat. Citra tak akan bisa menolak kedua hal itu.
                Bulan ini sudah 4 kali Hime mencoba menemukan orang dengan siluet biru itu di tempat-tempat ramai, tapi nihil. Warna orang-orang yang ia temui hanya 6 warna lain itu. Indra dalam tubuh Hime sudah reflek memunculkan warna-warna itu, seperti merah untuk sesorang  yang sedang marah, kesal, sebel dll. Jingga untuk seseorang yang malu dan sebagainya, hanya indera dalam tubuh Hime yang tau tentang semua itu. Bahkan saat Citra menanyakan bagaimana bisa hal itu muncul, Hime pun tak bisa menjawabnya.
                “ Terus kita hari ini mau kemana? Mall udah, bioskop udah, toko-toko udah, mau kemana lagi coba?” Tanya Citra yang masih menahan kantuknya.
                “ Oiya hari ini kan ada konser NOAH, kita kesana aja yuk, pasti rame terus perasaan orang-orang mesti beda-beda kann? Aku penasaran setengah mati ni sama Biru, perasaan kayak gimana sih yang bisa munculin siluet biru itu, apa jangan-jangan gak ada yaa? Aaa padahal warna favoritku ee, sedih deh..”
                “ Jangan gitu ah, cuma kamu aja kali yang nggak liat, udah yuk kita cuss cari, emangnya kalo ketemu mau tok apain?”
                “ Yaa yang penting ketemu dulu deh, ayok!” sambil menarik tas Citra
Mereka berangkat dengan mobil Hime, sekitar 30 menit perjalanan mereka sampai di sebuah gedung yang ramai dengan spanduk NOAH. Dengan cepat mereka turun, membeli tiket lalu masuk.
                “ Hime, ada yang biru enggak?  Buruan cari gih..”
                “ Enggak adaa ee” sambil celingukan mencari-cari orang dengan siluet biru itu.
                “ Yaudah, kita keliling dulu aja, kali-kali ada” ucap Citra dengan harapan menenangkan Hime
Hampir 1 jam mereka mencari, namun hasilnya tetap nihil. Citra dengan santainya ikut menikmati alunan lagu yang dimainkan personil band itu dan membiarkan Hime menggerutu sendirian. Citra menahan tawa melihat tingkah sahabatnya ini. Sebenarnya dia ingin bertanya ‘emang kalo nggak ketemu si siluet biru, kamu bakalan mati, enggakkan?”  tapi, Citra memilih untuk memendam dalam-dalam pertanyaannya itu, takut menyakiti hati Hime.
                “ Udah selesai nih, kita jajan yuk.. katanya mau mbeliin Icecream?”
                “ Iya deh, ayok”
                “ Ih, kamu niii, Cuma gak ketemu sama yang biru aja jadi sedih gini, alay banget tauk! Kayak besok gak bisa cari lagi aja deh! Senyum gak, kalo nggak mau senyum tak cium lo!”
                “ Ihh ogah, ntar ketularan rabies, hahaha” Hime menjulurkan lidahnya dan lari secepat yang ia bisa ke mobilnya.
                “ Haha anak inii..” kata Citra.
●●●
                Dalam perjalanan pulang, Hime baru menyadari bahwa HPnya ketinggalan di laci mejanya, namun ia tak mengatakannya pada Citra. Setelah mengantarkan Citra pulang, barulah Hime kembali ke sekolah untuk mengambil HPnya ditemani Pak Sopirnya yang paling setia.
                “ Tunggu di sini aja ya pak, nggak lama kok.”
                “ Iya non, santai aja, lama juga saya tunggu..hehe”
                Senyuman karena pak sopirnya masih terpasang di wajahnya, saat itu pukul 17.00, lorong lantai 3 sudah gelap. Namun Hime tak takut, lukisan yang dipajang di sepanjang lorong memancarkan cahaya-cahaya mereka sendiri.
Bersama mentari ku bernyanyi mewarnai hari-hari bersama pelangi ku menari menyambut bebasnya hati ini
Dia bernyanyi seakan gedung itu miliknya sendiri, lalu dia merasakan hembusan angin berbeda. Seseorang duduk dibangku panjang itu dan tak ada sinar yang dia pancarkan. Hime menghentikan nyanyianya dan mengambil 1 langkah kebelakang.
“Hah, hitam? Kamu manusia bukan sih?” Tanya Hime  kepada orang itu dengan nada yang begitu polosnya. Orang itu tetap menyandarkan kepalanya di tembok. Hanya memberikan satu per second tatapan kepada Hime. Hime menyentikkan jarinya. Sebelumnya, Hime tak pernah sekalipun melihat seseorang dengan siluet hitam. Tak lucu, pikirnya.
Halooo, aku ngomong sama kamu kak! Ih kacang. Yaudah bentar aku mau ambil hape dulu, jangan pergi-pergi ya!” kata Hime. Tetap tak ada respon. Lalu Hime pergi keruang kelasnya, 5 menit kemudian dia kembali.
Eh, ayok ke tempat terang, aku pengen liat warnamu.” Hime menyentuh tangan laki-laki itu. Dingin. Kepekaan hati Hime muncul, Hime tau, orang ini dilanda suatu hal yang sangat besar. Kasihan sekali, dan pada detik itu, Hime berambisi untuk memberikan warna-warna dalam hidup laki-laki ini.
Ivan Fernan. Nama teman seangkatan Hime, yang sebenarnya Hime juga baru lihat saat ini. Ya, inilah Hime seorang perempuan yang tak begitu mempermasalahkan siapa saja yang menjadi teman seangkatannya. Ckck.
Ivan yang tak mengerti tentang warna-warna yang dibicarakan Hime, hanya mengikuti tarikan tangan Hime. Saat ini. Sentuhan tangan Hime. Hangat. Penuh kasih. Hal yang tidak Ivan rasakan belakangan ini, sama sekali.
Hime mencari tempat dimana partikel matahari bisa mereka rasakan. Namun tanpa hasil, laki-laki ini tetap tak memiliki warna.
“ Kamu kenapa e? lagi sedih ya? Cerita boleh kok, biar kamu punya warna gitu, nggak lucu e.” Hime masih tak percaya adanya sesorang yang memiliki warna hitam.
“ Kamu siapa,aku nggak tau. Kamu ngapain, aku juga nggak tau. Absurd banget sih!” kata Ivan dengan ketusnya dan langsung pergi.
Kemudian Hime malah berteriak dengan semangatnya, tanpa peduli kejudesan Ivan.
“ Aku Rossie Hime Valerie, panggil aja Hime. Aku anak kelas X-11! Ati-ati dijalan ya kakak!” Entah apa yang dipikiran Hime, dia tersenyum puas setelah berteriak tadi.
●●●
Embun masih enggan beranjak pergi, kicauan burung sambut Hime pagi ini, aroma khas hujan masih terasa sekali. Keadaan yang paling indah menurut Hime. Pagi ini dia semangat bukan main, dia akan mencari Ivan dan melihat apa warnanya. Tak mungkin tiada yang terjadi disisa hari kemarin, batin Hime.
Sesampainya Hime di sekolah, ia tak langsung masuk kelas, ia menunggu Ivan di bangku panjang depan kelasnya.
Kamu nunggu aku yaa?” Tanya Citra dengan PDnya.
Cuih! Males” sambil menjulurkan lidah seraya tersenyum, lalu Hime menceritakan kepada Citra yang terjadi kemarin sore. Citra pun ikut penasaran siapa orang yang punya silut hitam itu.
5 menit menjelang bel masuk.
                “ Parah nih, masak belum berangkat juga sih!”
                “ Yakan, dia ketularan rabiesmu kali..” jawab Citra dengan muka sok seriusnya.           Aduh sakit woy!” sambil mencubit balik pipi Hime, mereka tertawa bersama.
                “ Nah, itu dia dateng” sambil menunjuk laki-laki yang baru memasuki lorong. “Hihh, sebel, masak siluetnya tetep hitam sih, masak iya gak ada kejadian apa-apa kemaren! Kamu tau nggak dia itu siapa?”
                “ Oh, dia? Namanya Ivan Fernan. Anak X-2. Keren badai orangnya. Tapi juteknya nggak ketulungan, dia itu anak mami banget, terus baru-baru ini ayahnya meninggal, habis itu ibuknya masuk penjara soalnya ketauan korupsi uang gede banget. Kasian sih, tapi sombong banget. Emang orang berada dia itu..”
                “ Lo eh, kok kamu tau banyak bangeet? Jangan jangaaan..”
                “ Dia temen SMPku Hime sayaaang, nggak boleh su’udzon ah, nggak baik.
                “ Ehm, mesti pacarmu yang ngajarin gitu, hahaha.
                “ Ssstttt… masuk yuk, ntar pulang sekolah kejar dia lagi, haha.
Siaap bos!”
●●●
Hari ini para guru rapat, murid-murid dipulangkan lebih awal. Hime yang sudah menyiapkan mental langsung lari menuju ruangan Ivan, dia masuk kelasnya dan berteriak     ‘ Ivaaan, ayok ikut akuu!!’ Ivan yang menahan malu hanya menunduk dan mengikuti ajakan Hime. Hime meminta Ivan menyetir mobilnya, meski awalnya Ivan menolak habis-habisan namun, akhirnya dengan terpaksa dan muka sewot ia menyaguhinya. Entah apa yang merasuki Ivan hingga dia begitu menurut dengan ajakan-ajakan Hime, mungkin dia tau Hime punya niat yang baik, dia hanya menunjukkan sifat sok ketusnya.
“ Woy! Ini kita mau kemanaaa? Dari tadi gak sampe-sampe, udah 1,5 jam wooy! Tau gini males banget tadi mau ikut lo.”
“ Halah, tapi kan tetep mau..haha, sabar aja, bentar lagi kita sampek kok. Mau makanan nggak? Aku bawa bekal banyak loo..”
“ Sini-sini, laper badai nih gue, nggak bilang dari tadi.”
Ivan menepikan mobilnya, saat itu rinai hujan mulai turun. Hime senang bukan main, artinya sebentar lagi ia bisa melihat bias cahaya matahari dalam 7 warna indah. Hime menempelkan wajahnya di kaca mobil.
“ Wah, hujan…, tolong bukain kacanya dong..”
“ Halah lebay, Cuma hujan doank jugak.”
“ Kamu gak tau betapa indahnya hujan? Hujan itu, bisa nenangin jiwa-jiwa yang lelah, bisa jadi pelipur lara, hujan juga mbantu kita buat hidup. Habis hujan nanti ada pelangi. Kamu tau nggak apa maksudnya hujan terus ada pelangi?” Tanya Hime dengan nada yang sangat halus.
“ Em..” sambil menolehkan wajahnya kearah Hime.
“ Saat kita lelah, capek, muak sama kehidupan di dunia, itu diibaratkan bumi sebelum hujan, kering, tandus. Kita harus meluapkan emosi kita, nggak peduli gimana caranya. Kamu, kamu nggak dilarang buat nangis, kamu emang cowok, tapi gak ada salahnyakan kamu nangis, nangis emang nggak nyelesaiin masalah, tapi nangis itu melegakan.. habis nangis yang diibaratin hujan, nanti ada pelangi, maksudnya saat kita habis sedih, down, nanti pasti ada, pasti ada suatu hal yang bakal bikin kamu seneng, pasti ada. Tapi kamu harus peka, jangan cuek sama hal disekitarmu. Tuhan nyiptain alam ini, alam yang indaah banget ini bukan tanpa arti, semua ini Tuhan ciptain buat ngajari kita..”
Ivan terdiam, kata-kata Hime tampaknya mulai menyadarkan Ivan, ia terlalu kaku dengan hidupnya selama ini, matanya mulai berkaca-kaca.
“ Nah kan iya ada pelangi.. cantik banget deh..”
Oh , iya..” masih dengan nada sok ketusnya
“ Udah nggak hujan nih, kamu juga udah kenyang kan? Kita terusin lagi yok. Tinggal lurus aja beberapa km, ntar sampek.”
“ Iya bos jelek!” sambil tertawa kecil dan menjulurkan lidahnya. Ini kali pertama Ivan menunjukkan senyum diwajahnya.
Setelah sampai di tempat yag dimaksud Hime. Jalanan lurus berkelok terlihat karena daerahnya yang tak rata, suara gemericik air terdengar sangat jelas dari sungai di dekat mereka, pasukan hijau berbaris memanjang sangat rapi, hijau, indah sekali. Terlihat pegunungan berjajar tak jauh dari seberang mereka memarkirkan mobil, hembusan angin terasa sangat memanjakan tubuh, udara terasa beberapa derajat lebih dingin.
Hime mengajak Ivan turun dari mobil, awalnya Ivan menolak, tapi akhirnya ia mau. Ivan menyembunyikan kekagumannya akan tempat yang baru pertama kali ia temui saat ini, ia tetap pura-pura tak peduli dan acuh tak acuh. Mereka berjalan 500 meter hingga menemukan sebuah tanah lapang dengan rumput hijau yang terlihat sangat rapi, di sebelahnya ada sebuah bukit, lumayan tinggi. Memang bukit ini tak di desain untuk memanjat, tapi setidaknya Hime pernah menaiki bukit ini walau dengan susah payah, pasti ada alasan kenapa ia mau menaiki bukit ini lagi.
“ Tenagamu dihemat ya..”
“ Iya iya..”
Hime tau, tak mungkin bisa menyenangkan Ivan hanya dengan sekedar membelikan barang-barang atau mengajaknya ketempat mewah, hingga dia memutuskan tempat ini, untuk membuat siluet Ivan tak hitam lagi.
“ Weh, warnanya ganti, udah gak item lagii” katanya pada dirinya sendiri.
“ Apa sih? Dari kemaren kamu bilang siluat siluet, nggak cetho banget tauk!”
“ Yee biarin, yok buruan naik!” ajak Hime sambil menahan kegembiraan yang bukan main rasanya, melihat orang ini tak bersiluet hitam lagi.
45 menit berlalu, akhirnya mereka berdua sampai di puncak bukit ini, senja terlihat begitu indah, menghapuskan semua kelelahan mereka berdua. Di puncak bukit ini, ada dataran sempit yang ditumbuhi rumput-rumput, Hime merebahkan diri.
“ Ah, capek banget.. tapi disini keren kan…”
Ivan duduk disebelah Hime “ Iya deh, aku ngaku ini keren,keren,kereeeeeen abiss, sumpah aku nggak bohong..”
“ Ahaha.. akhirnya kamu ngaku juga.. kamu mau cerita nggak kenapa belakangan ini kamu sedih?”
“ Em? Harus ya? Bukannya tanpa aku cerita, kamu pasti udah tau, kamu kan kerjaannya ngstalk aku, yakan, hayoo ngaku? Haha..”
“ Haha, iya deh..iya, gini deh, kamu nggak ngrasa po? Kamu udah ngebuang banyak banget waktumu yang berharga, Cuma buat melarut-larutkan kesedihanmu itu? Aku tau kamu sedih, capek, marah dan semua perasaan itu jadi satu, aku tau kamu udah hebat saat kamu udah ada disini, kamu masih mau berangkat sekolah dan masih bisa senyum kayak gini, tapi yok coba.. kamu mulai ngehargai waktu lagi.. ayahmu nanti disana sedih liat kamu kayak gini terus, ibukmu juga..”
Lalu Hime menolehkan mukanya kearah Ivan, ia melihat pantulan cahaya senja mengenai butiran air kecil di dekat mata laki-laki ini, dia duduk dengan menundukkan kepalanya. Hmm apa yang bisa aku lakuin lagi kalo ginii, siluetnya item lagi, batin Hime.
“ Em, kamu tau nggak kenapa di bumi itu nggak siang terus? Meski matahari itu hebatnya nggak ketulungan, meski ia bisa menyinari bumi tiap hari tanpa jeda.. matahari itu ngajari kita buat nggak egois, matahari tetap mbagi waktu sama bulan, matahari juga ngasih cahayanya buat bulan, matahari itu baik banget.. walaupun matahari tau, suatu saat ia akan mati kehabisan tenaga, tapi dia nggak nyerah kan? Buktinya ini tadi kita masih bisa liat matahari. Alam ini ngajarin banyak banget hal buat kita, alam juga ngasih kita keindahan yang gak ada batasnya, jadi kamu nggak boleh sedih lama-lama ya, emang butuh waktu buat ngerti, Tuhan ngasih ini semua juga buat kita kok, biar kita bisa makin hebat gitu.. hehe. Suatu hari kalo kamu sedih ato marah, kamu bisa crita sama aku, kamu punya temen banyak dan aku yakin mereka semua sayang sama kamu, terus kamu juga coba ya ngehargai waktu, saat kamu udah bisa memahami waktu, kamu akan menemukan betapa berharganya setiap dentingan jarum merah yang diberikan Tuhan buat kita.”
“ Hime.. makasih banget ya kamu mau jadi temenku, walaupun aku udah jutek banget sama kamu, hehe” Ivan tersenyum dan menjulurkan lidahnya, meski masih terlihat genangan air di matanya.
“ Haha.. santai aja, pulang yuk! Udah gelap nih..”
“ Iya nih yok, kamu make jaketku aja, dingin loh..”
“ Ih kamu sok perhatian bangeeett, haha wekkk” meski awalnya menolak, Hime yang merasakan perkataan Ivan benar-benar terjadi pun akhirnya mau, meski agak gengsi untuk memakainya.
Setelah itu, mereka turun dan memulai perjalanan pulang. “WHAT A DAY!” batin Hime saat memasuki mobil “ aku berhasil nyenengin oraaang yeyeyeyee..” dalam hatinya ia senang bukan main, ia merasa menjadi orang yang bermanfaat untuk hari ini.
●●●
Paginya, Ivan tiba-tiba memasuki kelas Hime dan berteriak persis seperti yang Hime lakukan siang itu.
“ HIMEE KELUAR BENTAR DONK!” kali ini Hime baru merasakan bagaimana malunya menjadi Ivan pada hari itu.
“ Ih, bikin malu aja deh elo tuh!, kenapa?”
“ Ini gelang lo ketinggalan di jaket gue kemaren, dah ya bye!” Ivan langsung meninggalkan Hime dan lari menuju ruangannya.
Oh..my.. god…… CITRAA… ITU BIRUUU!!!”
Hime masih tak percaya dengan apa yang ia lihat, siluet biru dalam diri Ivan, siluet biru yang sudah ia cari sejak lama, siluet biru yang telah membuatnya menggerutu sebal di setiap perjalanan pulang karena tak kunjung menemukannya, siluet biru yang ia dambakan selama ini.. siluet biru. Setelah berpikir lama, Hime baru menyadari, siluet biru ini akan muncul jika Hime bisa membuat hidup seseorang berarti dan membahagiakan hidup orang lain. Mulai saat itu, dia selalu mencoba membuat orang lain bahagia, apapun caranya, bagaimanapun jalannya. Mungkin itu jalan dari Tuhan, pikirnya.



R. Am